Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model PjBL Identifikasi Indikator Alami Asam Basa dengan Metode Windows Shooping
Menyusun Best Practices
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model PjBL Identifikasi Indikator Alami Asam Basa dengan Metode Windows Shooping
Arie Pramudiya, S.Pd., SMK Aryasatya Teknologi
SITUASI
Dalam proses pembelajaran kimia khususnya, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Peran kemauan dan motivasi dalam belajar sangat penting di dalam memulai dan memelihara usahanya. Siswa belum memiliki ketertarikan untuk belajar kimia karena mereka menganggap kimia merupakan ilmu yang sulit dipelajari dan tidak digunakan dalam dunia kerja. Hal ini harus dimaknai oleh guru sebagai motivasi untuk dapat menumbuhkan mindset positif siswa terhadap pembelajaran kimia.
Salah satu yang menjadi penyebab siswa merasa tidak tertarik adalah kimia belum sepenuhnya dipahami sebagai ilmu pengetahuan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia harus bersumber pada masalah-masalah kontekstual yang sering dilihat dan dialami oleh manusia di lingkungannya. Menjadikan masalah tersebut sebagai bahan diskusi, kajian, dan pembelajaran akan mendorong minat siswa.
Pembelajaran secara kontekstual belum diterapkan dalam aktivitas di kelas dan berbagai kajian di dalam sumber belajar siswa. Selain itu beberapa faktor yang membuat siswa kurang minat adalah metode dan model pembelajaran yang diterapkan kurang menarik. Pembelajaran masih berpusat pada pengajar sebagai informator dan bersifat penugasan. Hal ini mendorong pembelajaran kurang bermakna bagi siswa karena kurang diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai sumber informasi sebagai bahan belajar mereka.
Dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat dari waktu ke waktu, pemanfaatannya juga sangat diperlukan dalam konteks pembelajaran kimia. Banyak materi kimia yang dapat diintegrasikan dengan media IT untuk dapat memberikan visualisasi dan konfirmasi secara lebih baik. Siswa belum diarahkan dengan baik bagaimana caranya menggunakan media IT sebagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan. Aktivitas siswa yang belum dioptimalkan secara baik di dalam kegiatan belajar menjadi perhatian yang harus diperbaiki. Mereka memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada kemampuan menghafal dan berhitung. Banyak keterampilan yang dapat dikembangkan dari pembelajaran kimia diantaranya kemampuan afektif seperti kerjasama, kejujuran, kedisiplinan, serta kemampuan sains siswa seperti kemampuan merancang proyek, mengamati, mengelompokkan, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan.
Praktek pembelajaran ini penting untuk dibagikan
Praktek pembelajaran ini sangat baik dibagikan sebagai sumber informasi bagi rekan sejawat. Pengalaman aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi. Hal ini dilakukan dengan melakukan analisa mengenai pelaksanaan pembelajaran berdasarkan evaluasi yang terjadi selama dilaksanakan praktiku. Dengan banyaknya guru yang mengalami permasalahan yang sama seperti yang saya alami. Sehingga praktik ini diharapkan selain bisa memotifasi diri saya sendiri juga diharapkan bisa menjadi referensi atau inspirasi baru bagi rekan guru lainnya.
Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik ini
Saya sebagai guru mempunyai tanggung jawab untuk melakukan proses pembelajaran ini secara efektif dengan menggunakan media dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini berdasarkan pada perangkat yang telah dibuat guna mendukung pelaksanaannya.
TANTANGAN
Dalam praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan pada kelas X SMK Aryasatya Teknologi ditemukan beberapa tantangan yang harus diseleasikan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik. Beberapa tantangan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dianalisa dari aspek internal maupun eksternal. Diantaranya yaitu kondisi siswa SMK Aryasatya Teknologi yang memiliki siswa laki-laki dengan presentase 85% dan perempuan 15%. Hal ini mendorong guru harus mampu menghadirkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik siswa. SMK sebagai sekolah kejuruan memiliki karakter mata pelajaran produktif utama dan mata pelajaran lainnya. Berikutnya adalah mengenai penerapan model-model pembelajaran seperti PBL dan PjBL yang belum biasa dilaksanakan oleh siswa. Penerapan model-model pembelajaran menjadi sesuatu yang baru diterapkan bagi siswa. Banyak dari mereke belum memahami alur pembelajaran yang diterapkan, sehingga selain melaksanakan sintak pembelajaran, guru juga harus memberikan penjelasan mengenai alur pembelajaran yang diterapkan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kimia guru belum optimal menerapkan model-model pembelajaran bagi siswa. Pengalaman belajar yang fokus pada student center harus dilaksanakan sebagai sarana belajar dalam meningkatkan kemampuan dan ketertarikannya terhadap ilmu kimia. Siswa perlu diberikan pengalaman langsung dalam berdiskusi, menemukan fakta dan data, menganalisa informasi. Model pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah masih bersifat konvensional dengan menerapkan metode ceramah dan penugasan pada siswa. Selain dalam pengembangan model pembelajaran yang belum optimal. Pelaksanaan metode diskusi siswa dalam aktivitas juga masih terbatas. Hal ini ditunjukan dengan kurang efektif pelaksanaan diskusi dengan pembagian kelompok berdasarkan keinginan siswa sendiri. Peran guru dalam pengelolaan aktivitas kelas sangat besar dengan penentuan pembentukan kelompok siswa. Pengelompokkan siswa perlu dikaji kembali dengan penggunaan dasar kemampuan siswa secara berdiferensiasi. Kemampuan siswa di dalam aktivitas kelas memiliki perbedaan dan dapat diklasifikasikan menjadi siswa baik dalam belajar, cukup, dan kurang. Dengan fakta tersebut, pembentukan kelompok aktivitas siswa perlu dievaluasi berdasarkan kemampuannya. Kelompok tersebut akan memberikan dorongan motivasi yang baik terhadap setiap anggota kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan baik akan memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuan rekannya dalam mencpai tujuan pembelajaran bersama. Selain itu siswa yang memiliki kemampuan cukup dan kurang dapat kesempatan untuk belajar secara langsung dengan rekannya yang memiliki kemampuan baik.
Tantangan lain yang terjadi di dalam proses pembelajaran menunjukan bahwa Siswa belum mampu secara terbuka menunjukan rasa ingin tahu, ingin bertanya, dan berpendapat di dalam kelas. Banyak dari mereka merasa malu apabila ingin bertanya secara konseptual dengan guru. Guru harus memberikan rasa nyaman dan kepercayaan diri yang baik kepada siswa agar mampu memberikan kemampuannya dalam belajar dengan sebaik-baiknya. Kimia sebagai mata pelajaran eksak memiliki karakteristik nyata dan dapat dibuktikan kebenarannya. Hal ini menjadi salah satu tugas guru untuk membangun pengalaman belajar siswa yang kreatif dan invatif. Guru harus memberikan banyak referensi mengenai contoh masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar kita. Dengan banyaknya contoh nyata yang dekat dengan lingkungan akan mendorong siswa belajar dengan motivasi yang tinggi.
Penggunaan media di era digital seperti sekarang ini memberikan andil besar terhadap perkembangan kemampuan siswa dalam belajar. Digitaliasi aktivitas siswa dalam menggunakan sumber belajar yang beraneka ragam perlu terus dioptimalkan. Guru sebagai fasilitator harus mampu mengarahkan siswa untuk mulai memanfaatkan setiap media yang ada sebagai sumber belajarnya. Jangan sampai siswa tidak memiliki pengalaman dapat memanfaatkan media IT sebagai sumber belajar yang sangat tepat digunakan dalam aktivitasnya. Hal ini dapat menjadi solusi yang tepat dalam rangka menghadirkan pembelajaran kimia yang interaktif dan aktif. Dengan keterbatasan fasilitas alat praktikum di sekolah, media IT dapat menjadi alternatif belajar yang dapat menampilkan secara visualisasi aktivitas belajar seperti dunia nyata.
Dalam menyelesaikan tantangan pembelajaran yang ada di dalam aktivitas belajar siswa. Penulis melibatkan beberapa komponen yang terkait langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. diantaranya yaitu siswa kelas X sebagai subjek yang harus diberikan layanan pendidikan terbaik melalui pembelajaran yang berkualitas dan terus diperbaiki. Selain itu, dukungan pimpinan sekolah kami mengajar juga sangat diperlukan agar pelaksanaan perbaikan pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan.
AKSI
Aksi yang dilaksanakan dalam rangka menemukan pola pembelajaran yang baik yaitu melalui pelaksanaan pembelajaran dengan persiapan yang baik hingga selesai. Secara umum aksi yang dilaksanakan dalam rangka memberikan solusi terhadap tantangan yang ada adalah dengan melakukan persiapan perangkat pembelajaran kimia sesuai kebutuhan yang mendukung proses KBM khususnya pada materi konfigurasi elektron, bentuk molekul, hukum dasar kimia, dan indikator asam basa. Perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapkan dengan baik yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul ajar, menentukan media IT yang digunakan, LKPD/ LKPS, dan Alat Evaluasi (Afektif, Psikomotorik, dan Kognitif). Dengan adanya persiapan yang baik pada perangkat pembelajaran tersebut, guru akan memahami secara penuh materi yang akan dilaksanakannya dalam pembelajaran.
Salah satu aksi yang dikembangkan dalam rangka memberikan dorongan siswa untuk melaksanakan pembelajaran kimia yaitu dengan pengembangan media LKPS dengan model PjBL dengan materi-materi secara kontekstual berisi contoh-contoh masalah yang mudah ditemukan di lingkungan siswa dalam setiap fase pembelajaran PjBL. Seperti pada penerapan pembelajaran pada materi indikator asam dan basa menggunakan model PjBL sesuai fase yaitu:
Menentukan Pertanyaan Mendasar
Siswa diarahkan untuk mengamati gambar seseorang sedang melakukan pengecekan kualitas air. Pada diskusi mengenai gambar tersebut, guru akan memberikan pertanyaan mendasar mengenai aktivitas yang dilakukan, tujuan dari aktivitas, alat perangkat yang digunakan, serta hipotesa mengenai hasil yang bisa diperoleh dari aktivitas tersebut. Hal ini dapat menjelaskan sifat suatu zat asam/ basa beserta karakteristiknya.
Menentukan Rancangan Proyek
Dengan belum tersedianya fasilitas laboratorium kimia di SMK Aryasatya Teknologi, guru mengarahkan siswa untuk eksplorasi proses identifikasi indikator asam dan basa melalui berbagai literasi dan video youtube. Kemudian guru menentukan bahan alami yang akan digunakan untuk setiap kelompok. Masing-masing kelompok melakukan rancangan dengan menentukan alat, bahan, dan cara kerja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Siswa melakukan presentasi dan konfirmasi kepada guru untuk memvalidasi rancangan proyek yang ditentukan.
Menentukan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Dalam tahap ini, setiap kelompok berkoordinasi mengenai pembagian tugas untuk mempersiapkan alat, bahan, serta kebutuhan lainnya yang didasarkan pada waktu tertentu. Setiap siswa didorong untuk melaksanakan aktivitas diskusi dengan baik. Dalam aktivitas diskusi maka mendorong siswa untuk saling bekerja sama membentuk koordinasi. Dalam kelompok akan ada siswa yang memiliki peran sebagai pemimpin untuk mengatur jalannya diskusi. Ada siswa yang memiliki kemampuan untuk memberikan solusi dari masalah yang ditemukan. Hingga siswa-siswa yang siap dalam melaksanakan proyek.
Memonitor Kemajuan Proyek
Siswa melakukan pembuatan proyek yaitu membuat ekstrak bahan alami yang dapat digunakan sebagai indikator larutan asam dan basa. Guru mengontrol aktivitas siswa.
Menguji Proses dan Hasil Belajar
Dalam tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk membuat presentasi berupa hasil proyeknya berupa ekstrak bahan alami yang ditampilkan melalui windows shooping.
Evaluasi Pengalaman
Dalam aktivitas evaluasi pengalaman belajar yaitu guru mengajak siswa untuk saling berdiskusi, mengemukakan pendapatnya dalam konteks menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Selain itu, guru juga mengarahkan siswa untuk menggunakan media PhET guna memperkuat pemahaman siswa mengenai konsep asam dan basa.
Aksi lainnya yang dilaksakan untuk menjawab tantagan pembelajaran adalah pembuatan kelompok belajar dalam aktivitas KBM yang didasarkan pada diferensiasi kemampuan siswa sangat membantu guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang tertib dan sesuai tujuan. Dalam penentuan kelompok, guru menggunakan referensi hasil belajar siswa secara umum, kemudian membagi kategori sangat baik (mentor), baik, dan kurang yang selanjutnya akan disebar secara merata. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa.
Tujuan yang diharapkan dari pembentukan kelompok belajar berdiferensiasi adalah mendorong adanya kolaborasi positif yang dapat diterapkan antar anggota. Dimana setiap kelompok berisi satu siswa yang memiliki kemampuan baik, kemampuan cukup, dan kemampuan kurang. Mereka saling berkolaborasi dalam menyelesaikan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Beberapa nilai positif yang dapat dikembangkan adalah setiap siswa yang memiliki kemampuan baik memiliki tanggungjawab untuk dapat memberikan pemahaman terhadap rekannya yang memiliki kemampuan cukup dan kurang. Sebagai tim mereka memiliki motivasi untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan.
Penggunaan media pembelajaran berbasis IT melalui Laptop dan Gawai yaitu Media PhET dalam membantu siswa untuk memvisualisasikan secara jelas konsep asam basa. Penerapan proses penilaian afektif, psikomotorik, dan kognitif dalam proses pembelajaran
Guru melakukan managemen kelas dengan baik agar tercipta proses belajar yang nyaman dan sesuai dengan tujuannya.
REFLEKSI
Dampak yang diberikan dengan adanya aksi yaitu Pengembangan perangkat pembelajaran yang dibuat dalam tahap persiapan aksi menunjukan hasil efektif. Hal ini dapat dinilai dari pelaksanaan proses PPL yang dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
RPP
Sebagai acuan dan alat kontrol berjalannya proses pembelajaran yang disesuaikan dengan waktu yang telah dirancang
Modul Ajar
Menjadi salah satu sumber belajar peserta didik yang dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
Media PhET
Membantu peserta didik dalam mengeksplorasi konsep asam basa menggunakan media internet
LKPS
Mendorong aktivitas belajar peserta didik dengan pengalaman praktikum
Evaluasi
Alat ukur yang digunakan dalam menilai proses belajar siswa baik aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik
Pada pembelajaran menggunakan metode diskusi dalam kelompok yang ditetapkan berdasarkan kemampuan diferensiasi siswa menunjukan hasil efektif. Peserta didik secara individu akan lebih percaya diri dalam berpendapat, menjawab pertanyaan karena mendapatkan dukungan oleh rekan satu kelompoknya. Secara kelompok, siswa dengan kemampuan lebih akan memiliki motivasi yang besar untuk berlomba dalam menunjukan kemampuannya membawa kelompoknya menjadi tim yang solid, prestasi. Secara umum dengan metode diskusi, siswa akan cenderung lebih tenang dalam belajar, tidak mengantuk. Hal ini karena adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok, rasa aman karena memiliki rekan yang dapat membantunya ketika mengalamai kesulitan belajar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PjBL dalam materi identifikasi bahan alam sebagai indikator asam basa menunjukan dampak yang positif.
Pertanyaan Mendasar
Peserta didik menunjukan usahanya dalam menemukan jawaban yang tepat dan berlomba dalam menyampaikan pendapatnya, hal ini menodorong siswa untuk berfikir kreatif dan mengeksplorasi dari berbagai sumber untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Merancang Proyek
Peserta didik menunjukan keterampilan dalam mengeksplorasi dari berbagai sumber mengenai alat, bahan, dan cara kerja guna mencapat tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru. Peserta didik aktif berdiskusi karena saling menunjukan hasil eksplorasinya. Hal ini mendorong adanya interaksi positif antar peserta didik. Mereka akan saling berkomunikasi untuk menentukan alat dan bahan yang akan dipakai, serta cara kerja yang akan ditetapkan. Namun dalam satu kelompok belum menunjukan semua terlibat secara aktif, ada beberapa peserta yang kurang tertarik untuk mencari informasi dan berdiam diri.
Menentukan jadwal pembuatan proyek
Dalam proses menentukan jadwal, peserta didik menunjukan rasa tanggungjawab yang baik dalam kelompoknya. Setiap peserta didik menyampaikan pendapatnya untuk yang mencari bahan, membawa peralatan praktikum.
Memonitor Kemajuan Proyek
Dalam tahap ini, hampir semua anggota dalam kelompok aktif terlibat dalam aktivitas belajar. Mereka membagi tugas ada yang membuat ekstrak, menyiapkan sampel uji ke dalam wadah yang telah dibawa, mencatat hasil pengamatan di dalam LKPS, mengambil dokumentasi dalam proses. Seluruh peserta didik terlibat aktif, dari beberapa siswa yang menunjukan pasif dalam fase sebelumnya, di fase ini menunjukan antusias dan keaktifannya.
Menguji proses dan hasil belajar
Sama seperti pada fase memonitor kemajuan proyek, di fase ini setiap peserta didik saling bekerja sama untuk dapat membuat poster sebagai bahan presentasi hasil kelompoknya. Mereka bekerjasama untuk tampil yang terbaik. Tidak ada peserta didik yang tidak berperan dalam aktivitas ini.
Evaluasi Pengalaman
Dalam fase ini, peserta didik sudah melaksanakan proses praktikum sampai presentasi. Adanya penguatan oleh guru dalam konfirmasi konsep kimia yang dipelajari. Guru membimbing siswa untuk menentukan kesimpulan dari aktivita yang dilaksanakan.
Penilaian afektif dilakukan oleh peserta didik dengan antar teman sekelasnya. Setiap peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai dua orang temannya. Hal ini menunjukan hasil yang kurang efektif karena peserta didik tidak bisa fokus dalam menilai temannya saat proses pembelajaran, sehingga nilai yang diberikan masih berdasarkan suka/ tidak suka dan pengalaman interaksinya di luar proses pembelajaran tersebut. Penilaian keterampilan dilakukan oleh satu rekan guru yaitu Idit Aji Sutopo, S.Kom. menunjukan hasil yang kurang efektif. Observer dalam menilai aktivitas praktikum siswa sebaiknya lebih dari satu agar didapatkan nilai yang lebih ideal karena menggunakan sudut pandang penilai lebih dari satu. Hasil belajar kognitif yang ditunjukan dalam proses pretest dan postest sudah ada peningkatan. Namun pemahaman siswa masih belum optimal, guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran agar konsep inti dari asam basa dapat tersampaikan dengan lebih baik.
Faktor keberhasilan dari proses tersebut adalah fokus dari guru yang lebih optimal dalam mempersiapan peserta didik belajar. Pembelajaran yang didapatkan dari proses ini adalah peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga guna mendorong prestasi siswa guru harus berinovasi menghadirkan proses KBM yang menyenangkan.