SIRAMAN ROHANI GURU DAN KARYAWAN SMK ARYASATYA

Kajian SMK Aryasatya
Kajian guru dan karyawan yang diadakan oleh ekstrakulikuler rohis rutin dilaksanakan setiap 2 pekan sekali dan kali ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 23 November 2018. Pada acara kajian tersebut, selaku pembicara kajian adalah Bpk. Drs. Wage, M.Ag. dengan tema hakikat rezeki, pekerja ikhlas dan kerja cerdas. Termasuk didalam nya yang hadir adalah guru-guru smk aryasatya teknologi patikraja dan karyawan. Kajian setiap 2 minggu sekali ini agar kita dapat menambah ilmu kita sebagai orang islam untuk mengetahui tentang islam lebih dalam lagi dan sama-sama belajar.
Pak Wage menjelaskan tentang rezeki yaitu Secara Etimologi, lafadz الرِّزْق, dalam bahasa Arab berasal dari رَزَقَ-يَرْزُقُ-رِزْقًا yang berarti: أعْطَى-يُعْطِى-إعْطَاءً(pemberian). Jadi, secara etimologis الرِّزْق berarti pemberian. Adapun menurut istilah “rizki adalah Apa saja yang bisa dikuasai (diperoleh) oleh makhluk, baik yang bisa dimanfaatkan atau tidak.”. pak wage menjelaskan tentang apa saja yang meliputi bentuk rezeki ? yang meliputi bentuk rezeki itu adalah halal / haram, sehat / sakit, cantik / jelek dan sebagainya itu merupakan bentuk dari rezeki. Jadi rezeki bukan hanya berupa uang saja.
Haki
kat rezeki juga meliputi rezeki yang diperoleh secara mutlak baik tanpa usaha ( pemberian, waris, diyat ) ataupun karena usaha ( baik syar’i maupun tidak ). Semuanya ini bisa mendatangkan rezeki meskipun kemudian ada yang halal dan haram. Rezeki manusia yang menjamin adalah Allah. Maka, ketika ada orang tua yang takut keturunan nya lahir tanpa jaminan rezeki kemudian mereka membunuh anak tersebut dengan tegas ketakutan tersebut di bantah oleh Allah dalam Q.S Al-An-‘am : 151
وَ لَا تَقۡتُلُوۡۤا اَوۡلَادَکُمۡ مِّنۡ اِمۡلَاقٍ
“dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan” (Al-‘An’aam : 151).
Keyakinan mengenai “rizki di tangan Allah” tersebut meliputi keyakinan mengenai segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT. baik pemberian dalam bentuk materi, maupun non materi; baik berupa gaji ataupun bukan. Karena itu, bisa saja gaji seseorang kecil, tetapi rizkinya besar. Dengan demikian, rizki tidak tergantung pada jabatan dan kedudukan, dan tidak tergantung pada akal, ilmu ataupun yang lain. Karena Allah telah memberikan rizki tersebut secara mutlak kepada siapapun.
Cara memperoleh rezeki dengan usaha dan doa Rizki tergantung pada irâdah dan masyî’ah Allah SWT saja, tetapi bukan berarti menafikan usaha manusia. Sebab, makna pemikiran “rizki di tangan Allah” adalah masalah keyakinan yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Sedangkan masalah usaha agar “rizki di tangan Allah” tersebut sampai kepada manusia, adalah masalah hukum syara’. Dan ini merupakan dua wilayah yang berbeda. Yaitu, wilayah hati dan fisik. Karena itulah, maka usaha untuk memperoleh rizki hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. Allah SWT. Berfirman :
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah anugerah Allah.” (Q.s Al Jumu’ah : 10)